Home » » Menata Ulang Rumah Potong Sapi (Copas dari TROBOS)

Menata Ulang Rumah Potong Sapi (Copas dari TROBOS)

Written By Unknown on Kamis, 02 Mei 2013 | 08.19


Perbaikan fisik, tidak diikuti perbaikan operasional pemotongan yang umumnya masih menerapkan praktek pemotongan tradisional.

Ayam baru saja berhenti berkokok, saat sapi sapi diturunkan dari kendaraan bak terbuka. Sementara sang pemilik sapi membayar retribusi di loket, sapi?sapi itu segera diturunkan untuk dipotong. Satu persatu dirobohkan dengan seutas tali yang dipegangi beberapa orang. Kadangkala, jika sapi yang dipotong lumayan garang, proses merobohkan perlu waktu karena meronta kuat. Sesudah roboh pun, sapi itu tak henti mendengus dan melawan. 
Penyembelihan cukup dilakukan di atas lantai. Hanya sebagian penyembelih dan para pembantunya yang memakai sepatu boot. Belum lagi benar-benar mati, kepala sapi sudah dipisahkan dari lehernya dengan kapak. Usai dikuliti dan di-parting, karkas dinaikkan ke atas mobil terbuka, beralas dan bertutup terpal. 
Di pasar tradisional terdapat 2 macam daging, yaitu daging produksi jagal yang memotong sapinya di RPH (rumah potong hewan) resmi, dan daging dari jagal sapi yang memotong sendiri sapinya. ?Daging di pasar becek nyaris tak ada yang diproduksi secara profesional. Bahkan menurut standar minimal sekalipun,? simpul A Rezza Suhendra, Plant Manager RPH Elders - Bogor. ?Kalaupun pemotongannya ?lumayan?, lihat saja cara mengangkut karkasnya. Biasanya hanya memakai mobil bak terbuka, di bungkus karung atau terpal,? imbuhnya. 
Lebih memprihatinkan lagi, menurutnya RPH hanya menjadi ?penyewaan? tempat pemotongan. ?Bahkan ada yang seakan hanya menyewakan tempat untuk menyembelih. Sebab proses penyembelihan hingga menjadi karkas dilakukan oleh anak buah sang jagal. Tanpa peralatan standar dan pakaian khusus - tentunya,? tuturnya.
Pelanggaran SOP berupa rendahnya mutu pengelolaan RPH dan mengabaikan pemeriksaan kesehatan itu berefek buruk bagi keamanan konsumen. Bahkan Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Deptan drh Turni Rusli Syamsudin MM mengakui pernah kebobolan, sapi terjangkit anthrax dipotong di RPH Makassar. ?Mereka lalai. Di RPH itu tidak ada dokter hewannya,? tegasnya.

Abaikan SOP

Seputar sistem pemotongan dan pengelolaan RPH plat merah yang menyalahi standar operasional prosedur (SOP) penyembelihan itu, secara diplomatis Turni menyatakan bahwa pihaknya baru membenahi dan berusaha menata ulang RPH ? RPH itu. Menurut Direktur Sanitasi Ditkesmavet drh Etty Wuryaningsih, sepanjang 2008 Deptan memberikan paket bantuan peralatan kepada 12 RPH kabupaten / kota, dengan total anggaran Rp 4 miliar. Selain itu, ditkesmavet juga menyelenggarakan pelatihan pemotongan bagi petugas maupun penjagal. ?Sudah terselenggara di 17 provinsi. Sebagai stimulus agar RPH bisa berfungsi lebih baik,? tuturnya. 
Membuktikan upaya pembenahan itu, Turni menunjukkan Surat Edaran Dirjen Peternakan nomor 10110 / PD410 / F / 02 / 2009 yang ditujukan kepada seluruh kepala dinas teknis peternakan seluruh Indonesia. Isinya himbauan untuk meningkatkan perhatian terhadap fungsi teknis dalam SOP RPH. Namun, ternyata surat itu juga menyiratkan pengakuan akan carut marutnya pengelolaan RPH milik negara. ?..Perbaikan kondisi fisik RPH tersebut, dalam prakteknya tidak diikuti dengan perbaikan operasional pemotongan yang umumnya masih menerapkan praktek pemotongan tradisional dan tidak memenuhi persyaratan higiene sanitasi, sehingga fungsi teknis RPH sebagai penyedia daging ASUH bagi masyarakat belum terpenuhi..?, demikian tertulis dalam surat yang ditandatangani Tjeppy D Soedjana itu.
Surat itu dibuat karena yang bertanggungjawab terhadap RPH adalah Pemkab/Pemkot. ?Meskipun bangunan fisik dan peralatannya sebagian didanai oleh APBN, tanggungjawab operasional dan fungsional pada Pemda,? kata Turni. Tak hanya RPH milik pemerintah, RPH swasta pun harus diawasi oleh Pemda melalui instansi yang membidangi kesmavet di daerah. Menurut catatan TROBOS, banyak RPH yang dibangun/direhab menelan dana miliaran, seperti di Mataram Rp 7,2 M, Gianyar Rp 16 M, Bogor Rp 24 M dan pembangunan 10 RPH lainnya pada kurun 2001 ? 2003 sebesar Rp 86 M. RPH Bubulak Bogor belum dibuka secara resmi, baru menyembelih 10-an ekor sapi /hari karena masih beroperasinya RPH lama. Bahkan, RPH lain bernilai miliaran yang dicoba dikerjasamakan operasionalnya dengan swasta pun ternyata macet.
Sumber Artikel : http://www.trobos.com/
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Daftar Blog

Diberdayakan oleh Blogger.
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. PD.RUMAH POTONG HEWAN KOTA MEDAN - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger